Konsili Nicea yang mengubah dunia kristen
Perdebatan dan perselisihan antara Arius dan Alexander meresahkan Kaisar Konstantinus. Ia merasa bahwa perpecahan dalam gereja dapat mengganggu keamanan dan stabilitas negara., saat itu kekaisaran Romawi sedang dalam perpecahan dan banyak pemberontakan dari wilayah yang berupaya membebaskan diri. Perpecahan dalam gereja hanya akan membuat kerajaan semakin tidak stabil.
Konstantinus berupaya menemukan jalan menyelesaikan pertikaian ini. Pada tahun 325, Konstantin memanggil uskup-uskup dari berbagai penjuru kekaisaran Romawi untuk berkumpul dalam konsili di Kota Nicea (sekarang Iznik di Turki).Konsili ini dibuka dengan pembahasan mengenai permasalahan ajaran Yesus yang dibawa Arius. Eusebius dari Nicomedia memimpin beberapa uskup yang mendukung Arius. Namun ketika Arius membacakan keyakinannya mengenai keEsaan Allah dan pandangan-pandangan lainnya, banyak uskup yang menentang Arius.
Para peserta konsili tidak menerima ajaran Yesus yang dibawa Arius dan memutuskan untuk menolaknya. Mereka berupaya merumuskan suatu pengakuan yang dapat melawan ajaran Injil yesus yang dibawakan Arius. Kemudian Uskup Eusebius dari Kaisarea mengusulkan menggunakan pengakuan yang digunakan di Kaisarea. Pengakuan ini tidak menggunakan kata homoousios (satu hakikat) karena dianggap tidak alkitabiah. Namun, Konstantinus dan para uskup lain memilih untuk menggunakannya dalam rumusan pengakuan tersebut untuk menentang Arius, karena Arius terang-terangan menolak konsep homoousios. Hanya dua orang uskup yang mendukung pandangan Arius dan menolak konsep homoousios. Akhirnya diputuskan bahwa Sang Anak tidak diciptakan, namun memiliki kedudukan yang sama dengan Sang Bapa yang dirumuskan dalam Pengakuan Iman Nicea.
Ajaran Yesus yang dibawa Arius kemudian ditolak dan Arius bersama beberapa orang yang mendukungnya dihukum dengan cara dikucilkan dari gereja.