Nama-nama kawasan di Jakarta pada masa kolonial
Bangsa belanda menjajah wilayah jakarta sejak tahun 1619. Dan mereka menamai kota yang baru direbutnya dengan nama Batavia. Pemberian nama dilakukan untuk menghormati nenek moyang bangsa belanda, yakni bangsa batav atau batavien.
Pada zaman dulu dikenal beberapa nama wilayah di Jakarta seperti ;
1.
Weltervreden
Weltervreden adalah nama kawasan di Jakarta tempo dulu yang sekarang adalah kawasan silang monas, menteng serta sekitar lapangan banteng. Kawasan ini menjadi pusat pemerintahan belanda sejak zaman herman willem daendles berkuasa. Daendles memindahkan pusat kota ke wilayah di selatan kota tua atau Oud Batavia, karena kawasan kota tua sudah terlalu penuh dengan jumlah penduduk serta wilayahnya yang tidak sehat.
2.
Meester Cornelis
Meester Cornelis adalah nama dari Jatinegara di Jakarta timur tempo dulu. Meester Cornelis menjadi pusat pertahan ketika Gubernur Jenderal Herman Willem daendles berkuasa. Kawasa yang baanyak terdapat pohon jati tersebut di tebang dan dijadikan pusat pertahanan militer oleh daendles. Disana terdapat barak tentara, artileri untuk menangkal dari serangan musuh.
3.
Ommelenden
Ommelenden adalah kawasan di luar tembok kota. Kota Batavia pada masa awal dikelilingi tembok. Tembo tersebut sebagai pembatas wilayah kekuasaan belanda dan melindungi dari serangan musuh. Di luar tembok kota Batavia disebut dengan nama Ommelenden. Kawasan Ommelenden dahulu adalah wilayah yang berbahaya bagi orang-orang belanda karena terdapat banyak perampok-perampok banten yang berkeliaran, binatang buas yang kadang memangsa petani tebu.
4.
Lapangan waterloo
Lapangan Waterloo adalah lapangan banteng tempo dulu. Kawasan tersebut dinamakan untuk mempenringati kemenangan dari pasukan koalisi eropa yang berhasil menyingkirkan tentara napoleon Bonaparte dalam perang koalisi di eropa.
5.
Rijscwiijk
Kawasan ini sekarang bernama jalan veteran di pusat kota Jakarta. Dahulu kawasa ini menjadi kawasan elit pada sekitar pertengahan abad 19. Dimana hotel,restoran-restoran, kantor pemerintahan, dan bangunan-banguan bertingkat yang bergaya eropa banyak ada di kawasan ini.
6.
Kanal harimau
Kota jakarta tempo dulu dipenuhi kanal-kanal atau saluran air yang berukuran besar dan dapat dilayari kapal kecil. Salah satu kanal yang terbaik adalah kanal harimau karena disekeliling kanal tersebut terdapat jejeran pohon-pohon kelapa yang tertata rapi serta baangunan bergaya eropa.
Pemerintah kolonial juga menamakan taman kota dengan park, misalnya Wilhelmina Park (kini Masjid Istiqlal), Prinsenpark (Lokasari), Hertogpark (Pejambon), Deca Park (bagian utara Monas sekarang), Eijkmanpark (dekat RSCM), dan masih banyak lagi.
Sejak masa awal kolonial, namanama jalan di Jakarta banyak mengacu tokoh-tokoh yang mereka miliki. Pada abad ke-17, kastil pertama terletak di Prinsen Straat (Jalan Pangeran) dan sekarang bernama Jl Cengkeh. Di tempat inilah, pasukan kesultanan Islam dua kali menyerang benteng (1628 dan 1629).
Kegagalan Mataram, di samping masalah logistik jalan kaki selama tiga bulan ke Jakarta dan naik perahu dua minggu juga karena leluhur kita ini tidak terbiasa berperang dengan memanjat tembok kota. Sementara itu, pihak lawan sudah menggunakan bedil (orang Betawi menyebutnya senapan sundut). Di Batavia, juga terdapat nama fortatau benteng, seperti citadelyang kini Jl Veteran I. Di dekatnya, terdapat Utrechstraat (kini Jl Kopi).
Pemerintah kolonial juga menamakan taman kota dengan park, misalnya Wilhelmina Park (kini Masjid Istiqlal), Prinsenpark (Lokasari), Hertogpark (Pejambon), Deca Park (bagian utara Monas sekarang), Eijkmanpark (dekat RSCM), dan masih banyak lagi.
Sejak masa awal kolonial, namanama jalan di Jakarta banyak mengacu tokoh-tokoh yang mereka miliki. Pada abad ke-17, kastil pertama terletak di Prinsen Straat (Jalan Pangeran) dan sekarang bernama Jl Cengkeh. Di tempat inilah, pasukan kesultanan Islam dua kali menyerang benteng (1628 dan 1629).
Kegagalan Mataram, di samping masalah logistik jalan kaki selama tiga bulan ke Jakarta dan naik perahu dua minggu juga karena leluhur kita ini tidak terbiasa berperang dengan memanjat tembok kota. Sementara itu, pihak lawan sudah menggunakan bedil (orang Betawi menyebutnya senapan sundut). Di Batavia, juga terdapat nama fortatau benteng, seperti citadelyang kini Jl Veteran I. Di dekatnya, terdapat Utrechstraat (kini Jl Kopi).