Graff der Hollander, batavia kuburan bagi orang-orang belanda

Jakarta tempo dulu atau yang bernama Batavia memang memiliki segudang cerita. mulai dari kisah keindahannya sehingga dijuluki "Ratu dari Timur". Selain itu kota Jakarta Tempo dulu disebut  "Graff der Hollander" karena banyak orang belanda yang tewas dikota,  akibat wabah penyakit seperti kolera dan disentri.

Jakarta tempo dulu memiliki nama resmi dan dikenal dengan stad Batavia yang mulai dicanangkan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1621.

Jakarta tempo dulu juga dijuluki Graff der Hollander yang berarti "kuburan" bagi orang-orang belanda. Selain memiliki keindahannya, sehingga dijuluki Ratu dari Timur" , kota ini juga menyimpan sisi kelam karena banyaknya orang-orang belanda yang tewas di Batavia.

Dijuluki Kuburan bagi orang-orang belanda, kita bisa mengetahui dari kisah-kisah yang ditulis oleh "de Graaf".  

seorang ahli bedah yang bernama de graaf pernah mengunjungi Batavia dari belanda. ia bersama dengan kurang lebih 300 orang berangkat dengan menggunakan kapal besar ke batavia. pada masa itu belum ada terusan suez sehingga perjalanan kapal laut membutuhkan waktu sedikitnya 6 bulan berada diatas kapal laut.

Ketika kapal telah sampai dibatavia,  tidak jarang dari penumpang kapal tersebut yang tewas setelah berhari-hari berada di batavia. Faktor iklim adalah salah satunya. Iklim Tropis ternyata tidak cocok bagi orang-orang belanda sehingga ketika menjejakkan kaki di kota ini, orang-orang belanda meregang nyawa. 

Selain dari ketidakcocokan iklim juga faktor yang lain adalah wabah penyakit. banyak orang-orang belanda yang tewas akibat wabah penyakit seperti kolera dan disentri, seperti istri dari Gubernur Jenderal J.P Coen.
Wabah penyakit yang melanda batavia pada sekitar abad 18 menyebabkan banyak warga batavia yang berasal dari kalangan Eropa tewas.

Seperti yang dikatakan oleh Gelman Taylor, kadangkala ada orang-orang  belanda yang tewas secara mendadak dan misterius, padahal beberapa jam sebelumnya mereka menghadiri makan malam bersama keluarganya, tetapi pada pagi harinya mendadak tewas ditemukan di kamarnya.

pada akhirnya pada abad ke 19, Gubernur Jenderal Herman willem Daendles (1808-1811) menganggap kawasan Old Batavia, kota tua terlalu penuh dengan penduduk dan memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Weltervreden. Weltervreden merupakan sebuah kawasan di selatan Oud batavia atau kota tua . Weltervreden adalah kawasan sekitar monas, lapangan banteng atau Menteng.

sebuah survey yang dilakukan pada tahun 1900 menunjukan penduduk batavia hanya kurang lebih 116.000 orang, sedangkan Surabaya berpenduduk lebih banyak yaitu 147.000. mengenai jumlah penduduk batavia yang berjumlah lebih sedikit karena angka kematian atau mortalitas yang lebih tinggi dari pada di kota-kota lainnya di pulau Jawa. Wabah penyakit, kehidupan yang tidak sehat dijalani oleh warga kota sehingga menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi dari pada kota-kota lainnya.



Jadi Kota jakarta tempo dulu selain dikenal sebagai Ratu dari Timur, ternyata juga yang menyimpan sisi kelam bagi orang-orang belanda.